Pamor Kadal Mesir dan Hajar Jahanam  

SELAMA dua minggu lebih, wartawan Suara Merdeka Agus Fathuddin Yusuf menunaikan ibadah umrah Ramadan bersama para kiai NU dan pengasuh pondok pesantren se-Jateng. Di sela-sela itu, mereka juga melakukan ziarah di Kairo, Mesir. Kesan-kesan selama di "Negeri Seribu Menara" itu diturunkan dalam tulisan secara bersambung, mulai hari ini.

Saya tidak tahu entah dari mana asal mulanya atau sekadar gugon tuhon dari mulut ke mulut. Setiap musim haji tiba, di depan Masjidil Haram, Makah, ataupun di depan Masjid Nabawi, Madinah, banyak sekali orang-orang kulit hitam menawarkan dagangan kadal mesir. 


Bentuknya sama persis dengan kadal Indonesia. Namun yang disebut kadal mesir kulitnya doreng-doreng hitam putih. Pedagang itu menawarkannya sudah dalam bentuk dikeringkan. 


Apa khasiatnya? Apalagi kalau bukan untuk kekuatan seksual. Yang membuat kami tersenyum adalah cara mereka menawarkan dagangan itu. Asal ada orang yang postur tubuhnya seperti orang Indonesia, mereka akan berteriak, "Ya, haj khadal Mesir, kuntul Indonesia bagus." Sambil mereka mengacung-acungkan dua jari telunjuknya.


Sampai hari ini saya belum mendengar ada penelitian laboratorium tentang khasiat kadal mesir itu. Akan tetapi cerita dari mulut ke mulut dapat disimpulkan, seolah-olah kabar itu shahih. Yang namanya kadal mesir pasti bisa meningkatkan daya "greng". Karena itu ketika saya mau berangkat ke Mesir, teman-teman saya di Tanah Air pesan, tolong dicarikan oleh-oleh kadal itu.


Di perjalanan saya bertanya kepada Ahmad Badawi, putra KH Ahmad Basyir dari Kudus. Cerita dari mulut ke mulut, Gus Wi, begitu panggilan akrabnya, agak dikenal sebagai pakar soal per-greng-an, terutama di kalangan kiai.


Gus Wi mengatakan, kadal mesir memang berkhasiat untuk meningkatkan vitalitas. Caranya, kadal yang sudah kering itu direndam, kemudian dioles-oleskan pada alat vital pria sebelum dipakai berhubungan intim dengan istri. 


Akan tetapi, belakangan pamor kadal mesir dikalahkan oleh obat kuat jenis baru yang asalnya sama-sama dari Mesir yaitu hajar jahanam. Dari namanya saja tampaknya sangar alias seram. Hajar (batu-Red) jahanam artinya batu yang diambil dari neraka jahanam. Tetapi jangan kaget dulu. Siapa sih yang pernah ke neraka jahanam.


Ternyata di beberapa pasar di Mesir, nama hajar jahanam lebih populer ketimbang kadal mesir. 


Konon bahan dasarnya batu hitam yang sudah dihaluskan menjadi semacam salep oles atau sejenis krim. Karena hitamnya itulah disebut hajar jahanam atau batu dari neraka jahanam. Serem kan? 


Cara memakainya sama dengan kadal mesir, dioleskan di organ genital pria.


Hajar jahanam bisa ditemui di kawasan Pasar Hasan dan beberapa pasar lain. Para penjualnya agak vulger saat memberi penjelasan cara memakainya sehingga beberapa anggota rombongan putri tersipu-sipu malu dibuatnya. 


Soal kadal mesir, di antara para kiai yang ikut dalam rombongan tak ada satu pun yang mengaku pernah mencoba khasiatnya, termasuk khasiat hajar jahanam. 


Umumnya ketika ditanya hanya tersenyum-senyum. Tentang kebenaran khasiatnya wallahu a'lam bishawab.


Benteng Shalahuddin

 
Tidak salah kalau para kiai melakukan tur ke Mesir setelah menunaikan ibadah umrah di Makah dan Madinah. Mengapa? Sebab selain berkaitan erat dengan sejarah yang termuat dalam Alquran, di negeri itu juga terdapat makam-makam ulama dan waliyullah.


Sebutlah makam Imam Syafii, salah satu mazhab yang banyak dianut umat Islam di Indonesia. Makam Imam Suyuthi, makam Sayidina Husen dan Sayyidah Zaenab, keduanya cucu Rasulullah SAW, benteng peninggalan Panglima Sultan Shalahuddin al Ayyubi atau dikenal Sultan Shaladin dan lain-lain.


Dengan peradaban yang telah dimulai sejak sekitar 7000 tahun yang lampau, Mesir menempatkan dirinya dalam urutan atas negara-negara tujuan wisata dunia. Hal ini tidak aneh, apalagi piramid dan sphinx (salah satu dari tujuh keajaiban dunia) sudah ribuan tahun sebelum Masehi berdiri kokoh menjadi saksi bisu lahirnya peristiwa-peristiwa bersejarah di lembah Nil.


Jangan pula heran bila Anda melangkah di negara ini. Setiap jengkal tanah yang dipijak akan mengisahkan peristiwa sejarah tersendiri, begitulah kira-kira. Seakan-akan kita sedang berjalan menelusuri sebuah museum raksasa yang menyimpan ribuan peninggalan sejarah berbagai peradaban, mulai dari Mesir kuno (coptic), Fir'aun (pharaoh), Yunani (Hellenisme), Romawi hingga peradaban Islam yang pernah ada dan berkembang di negeri Ardhul Kinanah ini. 


Benteng Shalahuddin dibangun pada tahun 1183 oleh Panglima Shalahuddin al Ayyubi untuk membentengi kota Kairo dari serangan-serangan luar, khususnya di masa Perang Salib. 


Di utara benteng terdapat Masjid Muhammad Ali yang dibangun dengan arsitektur Turki Utsmaniy dengan kubahnya yang indah menjulang 52 meter ke angkasa dan dua puncak menara dengan ketinggian lebih dari 84 meter. Dari benteng (qol'ah) ini kita dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Kairo. 


Di dalam benteng terdapat tiga museum yaitu Museum Permata (Qashrul Jawharah) yang berisi perhiasan para Raja Mesir, di antaranya singgasana Raja Faruk, Museum Militer (Mathaf as Syurthah) yang berisi peralatan militer, dokumen-dokumen penting semenjak masa pemerintahan Muhammad Ali Pasya hingga kini dan Museum Seni Islam (Mathaf al Fanni al Islamiy).


Dalam mathah ini tersimpan sekitar lima puluh ribu benda seni Islam semenjak masa Nabi Muhammad SAW seperti surat Rasulullah SAW, kepada pemimpin Mesir (Mukaukis) yang mengajaknya untuk memeluk Islam dan masih banyak lagi yang lainnya. (bersambung-13n)

Sumber : http://www.suaramerdeka.com/harian/0312/03/nas26.htm

Read More...